Posted by : Unknown Rabu, 03 April 2013


PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam Klasik




                                                        
              

                                                Disusun oleh:
                        M. Yusuf  Rudiantoro                        ( 210310209 )
                        Irsyadul Albaab                                 ( 210310186 )
                        Rina Nuraini                                       ( 210310183 )

Dosen Pengampu :
M. Widda Djuhan, S.Ag, M.Si


JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Setelah warisan filsafat dan ilmu pengetahuan islam diterima oleh bangsa Eropa dan umat islam sudah tidak memperhatikannya lagi maka secara berangsur-angsur telah membangkitkan kekuatan di Eropa dan menimbulkan kelemahan di kalangan umat islam. Secara berangsur-angsur  tetapi pasti, kekuasaan umat islam di tundukkan oleh kekuasaan bangsa Eropa, dan terjadilah penjajahan di mana-mana di seluruh wilayah yang pernah dikuasai oleh kekuasaan islam. Eksploitasi kekayaan dunia islam oleh bangsa-bangsa Eropa, semakin memperlemah kedudukan kaum muslimin dalam segala segi kehidupan.
Maka dari itu, di dalam makalah ini akan menjelaskan dan membahas tentang pembaharuan pendidikan islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian pembaharuan dalam islam itu?
2.      Bagaimanakah pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern?
3.      Bagaimanakah pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada sumber islam yang murni?
4.      Bagaimanakah usaha pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada nasionalisme?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembaharuan dalam Islam
Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan, pengetahuan, situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi. 
Kata tajdid sendiri secara bahasa berarti “mengembalikan sesuatu kepada kondisinya yang seharusnya”. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid seharusnya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang lebih jelas, Thahir ibn ‘Asyur mengatakan, Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan dengan mereformasi kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan upaya mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama sebagaimana mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-amalannya, dan juga dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama.
Pengertian Pembaharuan menurut Istilah: Harun Nasution cenderung menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernisme”, karena istilah terakhir ini dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha mengubah paham-paham, adat-istiadat, institusi lama, dan sebagainya unutk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.[1]

B.      Pola - Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang di alami oleh bangsa-bangsa Eropa maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan islam. Di antaranya :
1.      Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat, pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang di alami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang tidak lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia islam. Atas dasar demikian maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat islam, sumber keekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini usaha pembaharuan pendidikan islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Disamping itu pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negri islam.
Pembaharuan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani pada akhir abat ke 11 H/17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekuralisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II (yang memerintah Turki Usmani 1807-1839 M) adalah pelopor pembaharuan pendidikan di Turki.
Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad kesembilan belas. Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk madrasah. Selain itu Sultan Mahmud II juga mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi langsung dari sumber pengembangan. Setelah mereka pulan ketanah air, mereka banyak berpengaruh terhadap usaha-usaha pembaharuan pendidikan. Dari mereka ini pula berkembangnya faham sekularisme di Turki yang kemudian diterapkan secara mantap sekarang ini.
Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa pad tahu 1805-1848. Muhammad Ali Pasya dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir, mengadakan pembaharuan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru system pendidikan dan pengajaran Barat.[2]

2.      Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada sumber islam yang murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakekatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini islam telah membuktikannya pada masa-masa kejayaannya.[3]
Menurut analisa mereka diantara sebab-sebab kelemahan umat islam adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran agama islam secara semestinya. Ajaran-ajaran islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditnggalkan dan menerima ajaran-ajaran islam yang tidak murni lagi. Hal tersebut terjadi setelah mandeknya perkembangan filsafat islam, di tinggalkannya pola pemikiran rasional dan kehidupan umat islam telah di warnai oleh pola kehidupan yang bersifat pasif. Disamping itu, dengan mandeknya perkembangan fiqih yang di tandai penutupan pintu ijtihad, umat islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman.
Pola pembaharuan ini di rintis oleh Mohammad bin Abd Al-Wahab, kemudian di canangkan kembali oleh Jamaludin al Afghani dan Muhammad Abduh. Menurut Jamaludin al Afghani, pemurnian ajaran agama islam dengan kembali ke Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam arti yang sebenarnya tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa islam adalah sesuai dengan semua bangsa, semua zaman, dan semua keadaan.
Menurut Muhammad Abduh, bahwa pengetahuan modern dan islam adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah sunatullah sedangkan dasar islam adalah Wahyu Allah swt. Kedua-duanya berasal dari Allah swt. Oleh karena itu umat islam harus menguasai keduanya.[4]

3.      Usaha pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada nasionalisme
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme masimng –masing. Umat islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang juga mendorong perkembangannya rasa nasionalisme di dunia islam.
  Disamping itu,adanya keyakinan dikalangan pemikir-pemikir pembaharuan di kalangan umat islam, bahwa pada hakekatnya ajaran islam bisa diterapkan dan sesuai dengan segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme inipun bersesuaian dengan ajaran islam.
Ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan berikutnya mendorong timbulna usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri di kalangan bangsa-bangsa pemeluk islam. Dalam bidang pendidikan umat islam yang telah membentuk pemerintahan nasional tersebut mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya sendiri-sendiri.[5]


PENUTUP

Kesimpulan
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang di alami oleh bangsa-bangsa Eropa maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan islam. Di antaranya :
1.    Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern
2.    Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada sumber islam yang murni
3.    Usaha pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada nasionalisme


DAFTAR PUSTAKA




[1] http://muhtarom84.blogspot.com/2009/10/pengertian-dan-latar-belakang.html.diakses pada tanggal 13 desember 2011 jam 13:17
[2] Zuhairini Dkk, Sejarah Pensisikan Islam (Jakarta : , 1986) 116-120.
[3] Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Malang : UIN Malang Press, 2008), 246-247.
[4] Widda Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo : LPPI STAIN, 2010), 69-70
[5] Zuhairini Dkk, Sejarah Pensisikan Islam (Jakarta : , 1986), 122-123.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Informant -Yusuf Kanra- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -